Jumat, 19 September 2014

Siswaku adalah Anak-Anakku

Unknown   at  06.33  No comments

  Siswaku adalah Anak-Anakku


Tidaklah heran apabila di wilayah kita kerja sering menjumpai siswa yang menangis dengan tiba-tiba tanpa sebab. Kadang juga berteriak-teriak tanpa jelas permasalahannya. Ada juga yang marah-marah jika sedikit saja tersinggung temannya. Hal ini mungkin salah satunya dipengaruhi oleh kondisi yang ada di wilayah kota Bontang sebagai wilayah industri. Banyak sekali para siswa yang ditinggal kerja oleh kedua orang tua mereka. Masalah yang terjadi diatas biasanya ketika awal tahun pembelajaran, karena awal tahun pembelajaran merupakan masa transisi baik transisi dari rumah menuju sekolah, transisi dari TK menuju ke SD, Transisi dari kelas sebelumnya, transisi penyesuaian dengan guru yang baru. Pada saat seperti itu kesempatan para siswa yang haus akan perhatian sering berbuat ulah. Kata kuncinya mereka minta perhatian. Baik perhatian dari temannya, dari gurunya, dari orang tuanya. Kadang membuat para guru kualahan mengatasi, apalagi dalam satu kelas terdiri dari 36 siswa dengan satu guru. tidak mungkin jika semua harus diperhatikan satu persatu. Namun guru harus bisa menggunakan metode yang tepat dalam mengatasi hal tersebut diatas. Hal yang pernah penulis terapkan jika menghadapi permasalahan tersebut antara lain:
1.      Siswa diajak untuk bermain sambil belajar
Pada awal tahun pembelajaran jangan langsung siswa diajak untuk mempelajari buku atau materi yang memberatkan, akan tetapi diajak bereksplorasi melalui games-games. Permainan mencari teman dalam jumlah tertentu sehingga siswa secara tidak langsung berbaur dan mengenal temannya. Tanpa mereka sadari mereka bermain sambil belajar bersosialisasi dengan teman, belajar mengenal tanpa harus memilih.
2.      Siswa dilibatkan dalam sebuah diskusi
Dibuat kelompok dengan berangkat dari permainan tadi, kemudian kelompok tersebut diberi tugas untuk bermusyawarah tentang, tugas piket, tugas kelompok belajar, membuat tata tertib sekolah. Sehingga dari hasil musyawarah tadi siswa disuruh mempresentasikan didepan kelas, tanpa terasa mereka sudah belajar bekerja sama
3.      Posisikan guru sebagai orang tua
Keluarga yang terdekat dengan anak adalah orang tua, mereka yang setiap saat bersama. Oleh karenanya tanamkan kepada para siswa bahwa guru itu adalah orang tuanya disekolah. Sehingga para siswa tidak merasa takut, dan merasa dekat. Jika siswa sudah merasa aman dan dekat dengan kita sebagai guru maka  akan dengan mudah dikendalikan, sebaliknya jika mereka berbuat kesalahan guru akan member nasihat dengan hati dan penuh kasih sayang. dalam pepatah dikatakan bahwa “  Sagalak-galake macan ora bakal mangan gogore “ maksudnya seganas-ganasnya harimau, tidak akan pernah makan dan membunuh anaknya. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa jika seorang guru memberlakukan siswanya sebagai anaknya maka tidak akan tega memarahi walau siswa itu berbuat kesalahan yang fatal. Semua akan diselesaikan dengan cara kekeluargaan dan penuh kasih sayang.
4.      undang Orang tua untuk bermusyawarah.
Selain para siswa yang kita dekati dan kita olah sedemikian rupa sehingga dalam Pembelajaran bisa berhasil baik, sebagai guru juga harus melibatkan orang tua. Undang orang tua untuk datang ke sekolah bermusyawarah. Sosialisasikan kepada orang tua tentang program pembelajaran yang dilakukan, sehingga sinkron antara pembiasaan yang diterapkan disekolah dengan yang di rumah. hal ini kebanyakan dilakukan di kelas rendah.
Demikian sekilas bahwa gambaran pendidikan yang harus dilandasi dengan hati dan kasih sayang, semoga bermanfaat dan dapat membuahkan hasil yang terbaik…
 Bersama para siswa mengunjungi pelabuhan Lhok Tuan  salah satu upaya supaya dekat dengan anak/ siswa

Tags:
About the Author

Write admin description here..

Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

0 komentar:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Pengunjung

© 2013 Goresan Senja. WP Theme-junkie converted by Bloggertheme9Published..Blogger Templates
Blogger templates. creative by Ahmad.